xOeSJZwEqEHxAtyEgOy1ztCUdVCJP06QsbYigFCu
Bookmark

KEPEMIMPINAN YANG BERTANGGUNG JAWAB : Dr. O. NOTOHAMIDJOJO, SH



PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan suatu sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Perlu diingatkan kembali bahwa seorang pemimpin adalah pengarah dan peletak visi suatu organisasi atau komunitas, dan serta merta mampu mengarahkan seluruh potensi dalam organisasi atau komunitas untuk menuju capaian visi tersebut. Dengan demikian pemimpin haruslah mampu berpikir melampaui pekerjaan-pekerjaan manajerial, sehingga tergambar jelas visi yang akan dituju bersama.
   Salah satu sikap yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin adalah tanggung jawab. Tanggung jawab bukan hanya pada pelaksanaan program-program organisasi, namun juga keberlangsungan organisasi serta anggota yang berdampak pada internal organisasi maupun eksternal. Tanggung jawab bukanlah suatu sikap formal yang hanya dapat ditampakkan melalui penampilan, akan tetapi tanggung jawab merupakan sebuah respon kreatif yang diberikan ketika menerima kewajiban sebagai seorang pemimpin. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), tanggung jawab merupakan keadaan wajib menanggung segala sesuatu atau hak fungsi menerima pembebanan sebagai akibat dari suatu sikap. Dengan demikian tanggung jawab merupakan suatu kewajiban menyeluruh ketika menerima hak sebagai pemimpin. Sebagai seorang pemimpin melaksanakan tanggung jawab dengan kondisi yang kompleks dan plural, bukanlah sesuatu yang mudah, namun harus tetap dijalani.
   Tanggung jawab menurut seorang Dr. O. Notohamidjojo adalah kewajiban seorang  pemimpin. Dan kewajiban tersebut bukan hanya dalam melaksanakan tugas saja, namun juga sampai pada menciptakan pemimpin lainnya. Pak Noto sapaan dari Dr. O. Notohamidjojo, terus berupaya menciptakan pemimpin yang mampu menentukan nasibnya sendiri, hingga pemimpin yang berkontrisbusi pada pembangunan bangsa Indonesia. Pak Noto meyakini bahwa “menyegani Tuhan merupakan sumber ilmu pengetahuan”, sehingga seorang pemimpin harus memiliki keyakinan, serta melakukan proses pembinaan pemimpin sebagai bagian dari memenuhi tanggung jawab relasi antar manusia maupun dengan alam. Dalam tulisan ini akan dipaparkan beberapa pemikiran Pak Noto tentang Kepemimpinan yang bertanggung jawab, yang merupakan hasil cernaan dari beberapa tulisan Pak Noto.

KEPEMIMPINAN MENURUT NOTOHAMIDJOJO
Menurut Noto, kepemimpinan adalah perhubungan antara pemimpin dan golongan penganut berdasarkan pilihan bebas (bukan berdasarkan paksaan atau dorongan naluri buta) dan kebutuhan pribadi yang diterangi akal. Hal-hal seperti maksud dan tujuan pemimpin dan bagaimana sikap pemimpin terhadap anggotanya merupakan cakupan dari kepemimpinan, sehingga kepemimpinan juga mampu memperkaya kepribadian anggota dari sang pemimpin. Dengan demikian kepemimpinan merupakan relasi antara pemimpin dan anggotanya dalam bersikap dan berperilaku dalam upaya pencapaian maksud dan tujuan pemimpin/ organisasi.
   Untuk menerapkan kepemimpinan seperti diatas, maka Pak Noto menyebutkan delapan kewajiban pemimpin :
  1. Kasih sebagai dasar dalam berelasi, dengan Kasih pemimpin akan memperlakukan anggotanya sebagai subyek 
  2. Pengabdian, Kesediaan untuk melayani
  3. Memiliki pesan, artinya memiliki misi dan mampu mengkomunikasikan misinya ke anggotanya
  4. Memiliki visi dan insight, artinya berpandangan jauh kedepan mampu menguasai ruang gerak untuk merealisasikan tujuan
  5. Berkeyakinan kuat dan percaya diri
  6. Tahan uji, sabar, memiliki semangat yang tak kunjung padam dalam merealisasikan tujuan
  7. Kesediaan bekerja keras sehingga para anggota bekerja keras pula 
  8.  Sadar kewajiban dan memiliki disiplin diri
 Di kesempatan lain Pak Noto menyebutkan juga sifat lain yang harus dimiliki pemimpin : 
      9.      Berkeahlian dan berwibawa (karena jujur dan bersedia melayani
   10. Bertanggung jawab, membela kebenaran, mampu mengambil keputusan yang bijaksana, berjiwa bebas, berani melawan bahaya

Sedangkan menurut Pak Noto seorang pemimpin harus memerankan fungsi-fungsinya :
  • Pembawa gagasan tentang rumusan jalan keluar terhadap tantangan masyarakat dan budaya, serta mampu merealisasikannya dalam aksi yang menunjukan prestasi
  • Sadar terhadap tendensi perubahan dalam masyarakat, sehingga dapat mencegah perkembangan yang tidak diinginkan
  • Berperan dalam menyiapkan dan mewujudkan perubahan, asalkan sadar akan dasar dan arah perkembangan, serta hali, jujur dan bijaksana
  • Berkat superioritas jiwa dan roh dan kekuatan keyakinannya mampu member bimbingan kepada massa yang pasif sehingga menjadi penganut yang aktif dalam proses perkembangan (pembangunan) 
  • Tut wuri handayani, mengikuti anggota sebagai subyek dan mengembangkan tanggung jawab mereka, serta memberi pengaruh untuk berkembang dan meningkat.

MINORITAS YANG BERDAYA CIPTA
Dalam mengungkapkan fungsi-fungsi pemimpin, Pak Noto mengikuti dasar pandangan Arnold Toynbee (Sejarawan Inggris) tentang creative minority.  Arnold Toynbee mengatakan bahwa “Peradaban muncul bukan karena genetic individu unggul, atau karena lingkungan geografis yang menguntungkan, tetapi karena respon kreatif oleh minoritas individu untuk situasi kesulitan khusus”. Sebaliknya Toynbee mengatakan “Sebuah peradaban rusak dan hancur ketika minoritas kreatif gagal menjalankan kekuasaan kreatif itu, mengarah kepenarikan kesetiaan mayoritas, kehilangan kesatuan sosial dan kegagalan penentuan nasib sendiri”.
   Kelompok creative minority karena keunggulan jiwa. roh dan kekuatan keyakinannya mampu untuk membentuk pemimpin dan mampu berperan untuk mewujudkan perubahan. Peran kaum intelektual (termasuk pemimpin Kristen, yang minoritas)adalah sebagai creative minority yang memiliki : 1) Superioritas intelektual, 2) Keteguhan keyakinan, 3) Kemampuan menjelaskan gagasan secara popular pada massa yang pasif, 4) dapat memberikan bimbingan kepada massa yang pasif, 5) merespon secara tepat tantangan-tantangan situasi, sehingga kebudayaan tidak lumpuh, 6) menilai berdasarkan refleksi secara rasional, 7) bersikap dinamis dalam perubahan kebudayaan, 8) tidak disorientasi dan kacau. Pak Noto menekankan bahwa pemimpin Kristen tidak dapat mengandalkan pada jumlah (konteks Indonesia), melainkan pada kualitas (superioritas rohaniah dan kekuatan keyakinan) untuk melayani Tuhan dengan didukung pengetahuan cermat tentang situasi.

MEMANUSIAKAN MANUSIA/ PEMBINAAN PEMIMPIN
Pak Noto berpendapat bahwa pendidikan mempunyai peranan tidak mutlak, sehingga hanya bisa mengembangkan bakat kepemimpinan yang telah dibawa seseorang. Untuk itu terwujudnya seseorang yang telah mengalami pembinaan sebagai pemimpin bergantung pada bakat dan kesempatan. Seorang akan menjadi pemimpin jika memiliki bakat yang hebat dan ada kesempatan untuk menciptakan perubahan. Proses pembinaan pemimpin tidak dapat diabstraksikan, namun harus ditetapkan dalam situasi nyata. Proses pembinaan pemimpin di Satya Wacana adalah proses pembentukan creative minority, pemimpin-pemimpin hari esok yang melayani dengan memimpin dan memimpin dengan melayani.
   Cara pembinaan pemimpin yakni dengan terus menerus bergumul dengan masalah-masalah diperguruan tinggi, gerakan kemahasiswaan, dan dimana saja. Dalam rangka pembinaan pemimpin, Pak Noto menyatakan bahwa perguruan tinggi berfungsi sebagai pencipta lingkungan persekutuan yang bersifat ilmiah (universitas scientiarum), yang terdiri dari ahli dan calon ilmuwan dalam relasi pembentukan pemimpin yang ilmiah (universitas magistrum et scholarium), namun yang tidak memisahkan diri dari masyarakat yang akan dilayani, justru karena proses pembentukan pemimpin dilakukan dengan berorientasi kepada pembentukan ahli yang melayani masyarakat. Pemimpin tidak lahir dengan sendirinya, namun ada wadah pembinaan pemimpin yang membinanya.
Dalam pembinaan pemimpin yang kreatif faktor-faktor pendukung menurut Pak Noto adalah:
  • Keunggulan pribadi si pemimpin, seperti superioritas jiwa dan roh, kekuatan keyakinan, percaya diri, tahan uji, ahli dan sebagainya.
  • Keteladanan moral pribadi, seperti jujur, bijaksana, sabar dan sebagainya.
Konsep kepemimpinan Pak Noto mencerminkan pengutamaan terhadap asas hak-hak pribadi, baik hak-hak pribadi si pemimpin maupun anggotanya. Dengan demikian sikap saling menghormati perlu dijunjung tinggi. Berdasarkan asas tersebut, relasi antara pemimpin dan anggotanya harus lebih bersifat mengembangkan pihak anggota.

TANGGUNG JAWAB POLITIK
Dalam berbagai tulisannya Pak Noto konsisten mengatakan bahwa orang-orang Kristen tidak boleh acuh terhadap politik. Hal ini merupakan upaya menyinarkan asas-asas Kristen kepada tanggapan sesaat keadaan dan soal-soal di Indonesia. Pak Noto menegaskan bahwa orang Kristen wajib berpolitik karena kehendak Tuhan. Berpolitik merupakan sumbangan untuk turut serta dalam pembangunan tanah air kita.
   Sebagai tanggung jawab, maka tugas di Indonesia adalah : 1)Menggunakan kebudayaan (misalnya : iptek, ekonomi, politik, social dan sebagainya) untuk melayani kesejahteraan hidup, 2)Mengupayakan sikap tepat manusia terhadap Tuhan Allah, sesama alam dan pengaruh-pengaruh budaya eksternal, 3)Memberikan redireksi, sanktifikasi, pengembangan budaya nasional demi kemajuan yang memuliakan Allah, 4)Mengisi dan mendasarkan upaya-upaya tersebut pada ruang/ peluang yang ditawarkan oleh Pancasila, 5) Menerapkan Efesus 5:15, yakni berbuat secara bijaksana.

PENUTUP
Pak Noto dalam karya-karyanya baik itu tulisan buku, pidato maupun karangannya yang lain terus mengkonsepsi pemimpin dan kepemimpinan, sesuai dengan konteks ia berada. Dan konsep-konsep tersebut tidak secara kebetulan mampu diaplikasikan hingga saat ini, dalam konteks saat ini. Kepemimpinan yang berasaskan relasi antara pemimpin dan anggotanya merupakan ciri kepemimpinan yang melayani dan melekat dengan pengembangan kualitas minoritas. Pak Noto telah menitipkan  suatu konsep kepemimpinan yang ideal untuk masyarakat demokrasi di Indonesia. Menjelang akhir masa baktinya di Satya Wacana Pak Noto mengembangkan persepsi tentang fungsi universitas, dan satya wacana melaksanakan lima fungsi tersebut. Menurut saya, fungsi ini juga merupakan tanggung jawab kepemimpinan yang harus dijalankan seorang pemimpin yang kreatif, dan fungsi ini telah tersirat dalam penjelasan diatas.
  1. Fungsi Universitas Scientiarum, yang meliputi usaha memperoleh informasi, interpretasi realitas dan pengalihan ilmu 
  2. Fungsi sebagai lembaga untuk membentuk creative minority bagi pembangunan bangsa 
  3. Fungsi sebagai pembina pemimpin-pemimpin untuk berbagai jabatan dalam masyarakat yang sedang memodernisasi dan mendiferensiasi 
  4. Fungsi radar yang dalam perubahan-perubahan kaleidoskopik dalam politik dan kebudayaan, mencatat serta mentransformasinya
  5. Fungsi pelayanan (pengabdian) berupa kritik yang informatif kepada gereja, Negara dan masyarakat.
   
--Selamat Melaksanakan Tanggung Jawab Sebagai Pemimpin--

Sumber Utama :
“Kepemimpinan dan Pembinaan Pemimpin” (Kumpulan Karya Mengenanng Dr. O. Notohamidjojo). Penyuting R. Gultom, dkk., Yayasan Bina Darma & UKSW – 1993

Link : http://rickyanggili.blogspot.com/2013/11/dr-j-leimena-kepemimpinan-yang.html

(Dibawakan Oleh Ricky A. Nggili, dalam Pelatihan Dasar Kepemimpinan Mahasiswa Fakultas Ilmu Kesehatan UKSW, 12 Februari 2011)
2 komentar

2 komentar

  • Horward
    Horward
    23 Oktober 2011 pukul 10.20
    good article ... thanks
    Reply
  • Anonim
    Anonim
    18 Maret 2011 pukul 17.24
    Saya suka artikel ini :)
    Reply